![]() |
Pengadilan Militer III-15 Kupang melanjutkan sidang kasus kematian Prada Lucky Namo, melanjutkan pemeriksaan saksi untuk Berkas Perkara Kedua Nomor 41-K/PM.III-15/AD/X/2025 dengan 17 terdakwa di Pengadilan Militer Kupang,Selasa (4/11/2025).
Sorotan sidang hari itu tertuju pada kesaksian mengharukan dari ibu Iren, ibu angkat almarhum Prada Lucky.
Ibu Iren memberikan kesaksian dengan raut wajah penuh kesedihan. Ketika Oditur Militer mengajukan pertanyaan, ia tampak tak kuasa menahan air mata, mengingat kembali perjuangan almarhum Lucky dan momen-momen terakhirnya.
Emosi Ibu Iren yang tulus membesuk Lucky menjadi penguat bukti bahwa korban telah mengalami keker4san berulang.
Ibu Iren memulai kesaksiannya dengan menceritakan momen ketika Prada Lucky melarikan diri ke rumahnya.
Pada 28 Juli 2025, pada pagi hari, saat itu ibu iren masih mengantarkan anaknya ke sekolah. Selepas pulang mengantarkan anaknya ke sekolah, ibu iren kaget melihat lucky sudah berada di dalam rumahnya.
Kemudian Lucky menunjukkan luk4-luk4 di sekujur tubuhnya, seraya mengatakan bahwa ia telah dic4mbuk oleh seniornya.
Sekitar satu jam kemudian, pukul 07.00 WITA, sebuah telepon masuk dari nomor tak dikenal yang belakangan diketahui bernama Serda Lalu. Serda Lalu meminta Ibu Iren untuk membagikan lokasi rumahnya.
Tidak lama setelah itu, Serda Lalu datang dengan sepeda motor. Kemudian disusul oleh dua senior lainnya, Yafet dan satu orang lain yang tidak diingat namanya, yang langsung masuk ke kamar tempat Lucky beristirahat. Puncaknya, sekitar 10 senior datang secara beramai-ramai untuk menjemput Prada Lucky.
"Ada, baik sudah, datang, tapi mama belum izin untuk bawa pulang Lucky, karena ada salah satu senior yang meminta mama untuk jaga, sampai dia datang," jawab Ibu Iren kepada Serda Lalu.
Sempat Beri Makan dan Obat
Saat berkumpul di ruang tamu, Ibu Iren sempat memberikan makan dan obat pereda nyeri kepada Lucky karena melihat kesulitan yang dialami almarhum saat hendak beristirahat. Sebelum rombongan tersebut membawa Lucky kembali ke batalion, Ibu Iren sempat berpesan agar para senior tidak memuk#l Lucky lagi mengingat banyaknya luk4 di tubuh korban.
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 4 Agustus, Ibu Iren dihubungi oleh ibunda Prada Lucky perihal menjenguk korban di RS Airamo.
Meskipun sempat ragu karena tahu adanya "banyak aturan" di lingkungan militer, pada jam 4 sore ia mendapat kabar bahwa izin besuk telah diberikan.
Saat tiba di RS Airamo pukul 19.00 WITA, Ibu Iren melihat tiga prajurit berseragam lengkap berjaga-jaga di luar. Setelah menunggu setengah jam, ia baru diizinkan masuk.
Waktu di rumah sakit Ibu Iren melihat luka di badan Lucky bertambah banyak, jauh berbeda dengan sebelumnya saat di rumahnya.
Namun, saat hendak mendokumentasikan kondisi tersebut, ia dilarang mengambil foto dan video oleh prajurit yang berjaga, dengan alasan mereka menjalankan perintah dari senior.
"mama, boleh masuk, tapi tidak boleh foto, tidak boleh video, karena kami hanya junior mama" jelas ibu Iren menirukan ucapan anggota Batalion Nagekeo.
Keesokan harinya, Selasa 5 Agustus, Lucky sudah dipindahkan ke ruang ICU dan menggunakan alat bantu pernapasan (ventilator).
Ibu Iren dengan setia menemani Lucky hingga almarhum mengh3mbuskan nap4s terakhirnya pada 6 Agustus. (YN).
