![]() |
LINTASNTTNEWS.COM, KUPANG - Dalam debat publik yang digelar pihak Undana Kupang tanggal 26 Oktober 2024 dengan tema “Salah Pilih Kuah Kosong", merupakan inisiatif dari mahasiswa dan dosen Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Undana.
Debat publik di Undana dihadiri oleh Melki-Johni dari paslon nomor urut 2 dan calon gubernur dari nomor urut 3 Simon Petrus Kamlasi tanpa calon Wakil Gubernur Adrianus Garu karena kegiatan lain. Sementara Ansi-Jean tidak hadir.
Menurut salah satu Tokoh masyarakat di Kota Kupang, tema debat di Undana sebenar hanya sebuah jebakan yang tidak disadari oleh paslon gubernur dan wakil gubernur tertentu.
Terkait pertanyaan optimalisasi pemanfaatan lahan kering di NTT dengan irigasi tetes. Melki Laka Lena justru mencontohkan keberhasilan Petani Nunkurus.
Melki harusnya berbicara hal yang sudah dibuat dari kantongnya sendiri sebagai bukti dirinya mau melayani rakyat, sebelum dia maju sebagai Calon Gubernur NTT.
Untuk Pariwisata, bahkan calon wakilnya Johni menjawab apa yang sudah dilakukan pemimpin terdahulu. Hanya saja belum maju. Namanya program tak selamanya semua berhasil. Jadi bukan barang baru kalau bicara pariwisata di NTT.
Johni juga mengatakan pariwisata Labuan Bajo berkembang pesat karena adanya intervensi dari Pemerintah Pusat. Ya, memang semua harus ada intervensi pusat. Harap PAD NTT pasti tidak akan bisa membangun.
Termasuk klaim terkait pembangunan jaringan internet di NTT, oleh Menteri Meutya menyebut ada peran besar sahabatnya Melki Laka Lena, adalah hal biasa dalam politik.
Melki dipilih rakyat waktu itu duduk sebagai wakil rakyat di Senayan, maka dia harus berjuang untuk rakyat. Tapi biasanya dalam dunia politik hal yang bukan bisa jadi ya.
Status Gunung Mutis pun dijadikan Melki sebagai senjata. Seperri diberitakan oleh beberapa media online, seakan Melki yang berjuang untuk melihat kembali status Mutis.
Pertanyaannya selama Melki duduk di senayan apa dia tidak mengetahui perubahan Mutis? Jadi baru diperjuangkan saat maju gubernur.
Waktu Melki di senayan buat apa, sehingga tidak tau kalau status Mutis berubah, dan baru mulai bicara saat politik memanas.
Rakyat sekarang sudah pintar menilai siapa calon pemimpin yang jujur dan siapa tidak jujur. Jangan bicara Mutis hanya untuk dapat dukungan rakyat.
Bicara calon pemimpin itu seperti calon gubernur nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi (SPK) yang berbicara apa yang sudah diperbuat dirinya dari kantongnya sendiri. SPK sudah membantu rakyat melalui hasil inovasinya membuat pompa hidram yang kemudian oleh TNI AD dijadikan program unggulan TNI AD. Bukan berbicara keberhasilan karena intervensi pusat lewat APBN.
Siapa pun pemimpin negara ini, pasti melihat ke daerah-daerah sebagai bagian dari Republik ini. Apalagi di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menginginkan rakyatnya tidak miskin dan harus sehat, harus punya pendidikan baik, dan harus sejahtera.
"Kesimpulannya, tema debat publik di Undana itu jebakan bagi pihak tertentu yang diklaim paling baik. Rakyat sudah tau siapa yang maju karena niat berbuat untuk rakyat, dan mana yang niat hanya mencari pengakuan dan bisa saja ada hal lain", tutup salah satu Tokoh masyarakat yang tak mau disebutkan namanya. (Rn*).